Senin, 08 April 2013

Empat Kisah Mengesankan antara Aku dan Mizan





Setahun setelah lulus kuliah, lamaran saya diterima di sebuah penerbit di kota saya. Senang bukan kepalang. Pada suatu hari, perusahaan mengadakan rencana berkunjung ke Penerbit Mizan dalam rangka meningkatkan kemampuan SDM dan mengambil ilmu dari penerbit Islam yang lebih besar.
Kabar yang sangat menyenangkan. Saya menunggu rencana itu diwujudkan. Sungguh penasaran bisa melihat langsung dapur redaksi Mizan, mengenal orang-orang di balik nama besar Mizan

Ternyata, saya harus menelan rasa senang itu dalam-dalam, karena saya tak diikutsertakan dalam kunjungan itu. Sebenarnya saya bisa saja datang ke Mizan sendiri, toh, antara kota saya ke Bandung bukan jarak yang sulit ditempuh. Hanya perlu semalam naik kereta atau bus.  Lagi pula saya memiliki beberapa kerabat di kota itu. Tapi berkunjung ke Mizan atas nama pribadi, sendirian, ah apa kata Mizan?

Saat mereka kembali beberapa hari kemudian, saya harus puas hanya mendengar cerita mereka tentang Mizan: kantornya yang homy, kreativitas dan produktivitas para karyawannya, juga oleh-oleh sebuah buku tipis yang sangat berguna. Panduan Gaya Selingkung Mizan.
Dengan acuan buku ini, saya pun menyusun gaya selingkung untuk penerbitan kami sendiri.

Beberapa tahun kemudian, nama Mizan kembali memenuhi pikiran saya. Saat itu seorang teman memberikan info kalau Mizan membutuhkan editor. Sebenarnya yang saya butuhkan adalah lowongan editor freelance, karena saya berniat mengundurkan diri sebagai karyawan tetap setelah melahirkan anak yang pertama.
Saya mendapat nomor kontak Pimpinan Redaksi Mizan. Subhanallah beliau mau membalas sms saya dengan cepat. Beliau menyarankan saya untuk mengirim CV.
Karena berbagai pertimbangan dan ketidakpercayaan diri melamar kerja di penerbit besar, saya tak jadi meneruskan keinginan saya. Sudahlah, mungkin memang Mizan bukan jodoh saya.

Sekitar tahun 2009, Word Smart Centre yang berpusat di Kairo, sebuah grup yang saya ikuti melalui dunia maya, mengadakan lomba menulis kisah tentang ibu. Lomba ini disponsori oleh Mizan. Saya pun bersemangat untuk ikut. Alhamdulillah, naskah saya masuk sebagai juara harapan ke-2.
Tak disangka, Mizan dengan lini Qanita-nya bahkan bersedia menerbitkan 100 naskah terpilih, selain naskah pemenang. Saya tersenyum lebar, bukan hanya karena tulisan saya akan diterbitkan, juga karena takjub pada akhirnya nama saya tercatat di Penerbit Mizan.

Keberuntungan saya dengan penerbit ini ternyata masih berlanjut. Beberapa saat setelah Penerbit Noura (anak perusahaan Mizan) menerbitkan buku Sepatu Dahlan yang fenomenal, mereka mengadakan lomba menulis kisah Insprasi Sepatu Dahlan. Dan, kembali tulisan saya di blog terpilih sebagai pemenang pertama (pemenang pertama ada 3).

Kisah saya bersama Mizan sepertinya belum hendak berhenti. Saat Penerbit Qanita mengadakan Lomba Menulis Novel Romance, dengan dukungan suami dan teman baik saya, naskah novel yang sudah lama saya mulai dan stagnan kembali saya garap dan selesaikan. Akhirnya, usaha itu menghasilkan buahnya. Naskah saya masuk dalam 10 nominasi naskah unggulan. Subhanallah.

Dan, inilah kejutan berikutnya dari Mizan menjelang tahun 2013. Keinginan saya, lebih dari 10 tahun yang lalu untuk mengetahui bagaimana  cara kerja redaksi Mizan, akhirnya terwujud, meski hanya satu bagian kecil saja. Saya mengikuti kelas editing online yang dimentori oleh salah satu editor Mizan. Ilmu dari beliau sangat berguna untuk pekerjaan saya sebagai editor freelance.
Beberapa bulan kemudian, tiba-tiba editor Mizan (mentor kelas editing) menawari saya naskah untuk diedit. Sungguh tawaran yang tak disangka! Setelah meyakinkan diri sendiri, sekaligus mendapat semangat dari beliau, saya pun menerima order itu dengan jantung berdebar, khawatir hasil editan saya tidak sesuai standar editing Mizan. Alhamdulillah, sampai saat ini, sudah 9 naskah yang saya kerjakan.

Jalan panjang yang sangat berkesan, hingga Allah mewujudkan keinginan saya.
Mizan and Me, empat kisah paling mengesankan di 30 tahun Mizan kali ini.
Doc. pribadi: koleksi buku Mizan

10 komentar:

  1. semangat pantang menyerah, perjalanan 10 tahun bukan masalah, petani pun butuh waktu hingga masa panen itu tiba , selamat ... semoga sukses selalu..... amin

    BalasHapus
  2. Kereeeeeen!!!!
    Àku tahu kamu pasti akan terus maju meraih semua mimpimu, mbakyu....
    Lanjutkan!!!
    Kupikir editor Mizan juga pasti siap untuk mengedit naskah2 buatanmu ;-)
    Keep spirit n go to the dream!!! ;-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siaaappp! You know who "teman baik" that I mean hehehe....

      Hapus
  3. Ternyata, yaa ... Kereeen, Kakaaak ... (Y)

    BalasHapus
  4. Mantab, Kakaaaak ... perjalanan yang panjang dan membahagiakan. (y)
    Sukses ya, kakaaak .... Hwaiting ...! ^_^

    BalasHapus
  5. Wuaaah, kereen banget Mbaak. angkat jempol dari sini, dan tentu saja menunggu novel Mbak ituuu :)
    Saya juga koleksi Mio :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku dan kamu sama-sama menunggu *hasyah*
      Mio memang lucu. Bukunya multifungsi, nggak hanya dibaca, juga utk mainan. Sampai lecek, sobek-sobek ....

      Hapus

Terima kasih telah berkunjung dan menyapa