Jumat, 19 Desember 2014

Harbonas, Shopaholic, dan Sophie Kinsella

 Harbonas? Saya juga baru tahu apa itu harbonas. Hari Belanja Online Nasional. Oh oh ... ada aja event kayak gini, ya. Harbonas digelar pada tanggal 12 Desember kemarin selama 24 jam. Jadi saat itu hampir semua toko online memberikan diskon gilaakk untuk pembeli. Keliatan banget kalau kita itu konsumtif atau gencarnya para marketing membujuk kita untuk mengeluarkan isi dompet?
Apapun itu yang jelas mereka berhasil menggoda saya. Saya tahu event ini dari grup WA. Awalnya cuwek, sih. Tapi akhirnya tertarik melihat web toko online yang ramai dibicarakan karena discountnya sampai 70 %. *elap ileerr

Waladalah, pas buka web, suami ikutan lihat dan langsung tertarik. Waini, saya seperti didukung untuk belanja. Satu item dengan sukses menarik jari saya untuk mengklik "beli sekarang" dan satu item diklik suami.

Sebenarnya bukan masalah item yang saya klik ini yang ingin saya tulis. Tapi, bagaimana perasaan saya saat melihat barang-barang bagus dengan disc gede. Saya jarang belanja *karena uang pas-pasan* dan tidak impulsif jikapun sedang punya uang dan pergi ke mal, kecuali ke toko buku dan sedang obral #tsah.  Tapi, kali ini saya kalah. Dan pada akhirnya saya bisa memahami benar-benar tingkah Becky Bloomwood, tokoh di novel Shopaholic-nya Sophie Kinsella. Memang seperti magnet. Daya tariknya sangat kuat. Kalau tak bisa mengendalikan diri, bisa saja saya akan jadi Becky berikutnya. Discount besar dalam waktu hanya 24 jam. Sepertinya inilah daya tarik paling kuat hingga saya terburu-buru ikut belanja. Saya merasa ini kesempatan emas, kesempatan langka, belum tentu besok ada lagi. Mumpung! Kata yang sangat mempengaruhi kejiwaan Becky dan saya.

Mungkin ada yang belum kenal dengan Becky. Di seri pertama, diceritakan bahwa Becky wanita lajang dengan gaji pas-pasan. Dia punya "penyakit" gila belanja parah. Setiap kali tertarik pada suatu barang, Becky selalu punya alasan logis *menurut dia* mengapa dia harus membeli barang itu. Karena perilakunya ini Becky terlilit utang dan dikejar debt collector kartu kredit.
Becky benar-benar represantasi dari perempuan kebanyakan meski dalam bentuk yang lebih ekstrem. Dalam seri selanjutnya, saya juga terenyak, ketika Sophie Kinsella menunjukkan bahwa bukan hanya gila belanja yang berbahaya, tapi seperti kakak Becky yang gila pada aneka bebatuan pun sama gilanya. Saya jadi teringat timbunan buku di rak saya. Duh.

Memang saya berhasil menahan diri hingga hanya membeli satu item. Tapi, begitu transaksi selesai, saya termenung lama. Apalagi setelah itu, mereka gencar mengirim pesan via ponsel berisi tawaran belanja yang sama 'menarik'nya.
Ada sedikit rasa kecewa saat melihat tas yang saya incar batal saya beli. Tapi, setelah itu muncul perasaan menang dan lega karena berhasil menahan diri. "Tenang, tahun depan bakal ada harbonas lagi," kata suami sambil tertawa geli. Saya ikut tertawa.
Ternyata butuh kendali diri yang kuat untuk tidak kebablasan.

gambar dari sini
Ada beberapa hal yang menurut saya jadi pengendali atas nafsu belanja saya kali ini:

1. WALIJAH, yaitu suami. Dalam Islam sangat dianjurkan agar kita mempunyai walijah. Secara bebas walijah bisa diartikan tempat menyampaikan permasalahan atau tempat curhat. Walijah tentu orang yang bisa membuat keputusan dengan bijak. Suami adalah salah satu walijah saya. 
Meskipun punya penghasilan sendiri, tapi saya terbiasa berdiskusi dengan suami jika ingin melakukan sesuatu. Termasuk dalam hal membeli barang. Hasilnya, nafsu belanja bisa dikendalikan. Saya bisa memutuskan mana yang benar-benar butuh, mana yang hanya ingin, atau butuh tapi tidak harus sekarang.

2.TIDAK EGOIS
Punya penghasilan sendiri berarti punya kebebasan membelanjakan uang sendiri pula. Tapi, saat hendak membeli ini itu, saya mikir tentang suami dan anak-anak. Meskipun suami yang mendorong saya untuk menyimpan penghasilan saya sendiri, tapi tak tega kalau saya senang-senang sendiri. Jadi mikir, bukankah sebaiknya uang saya simpan untuk jaga-jaga jika ada kebutuhan tak  terduga atau darurat? Entah suami sedang butuh dana segar atau anak-anak butuh sesuatu yang mendadak. Meksipun mencukupi kebutuhan keluarga adalah tanggung jawab suami, tapi kalau istri bisa membantu bukankah itu pahala? Insya Allah.

3. BATASI DANA TUNAI
Secara psikologis, saat melihat jumlah uang di dompet banyak, keinginan untuk belanja jadi naik. Ketika melihat jumlah saldo di ATM banyak, pun demikian. Untuk mengantisipasi hal itu, saya bikin strategi penyimpanan. Memang konvensional, karena saya buta masalah investasi dan lain-lain. Lagi pula, uang saya juga seberapa, sih? *haisyah sok mikir investasi
Saya membuka tabungan berjangka. Jadi, setiap bulan bank mengambil uang saya dan ditahan hingga waktu yang ditentukan, sesuai platform awal. Biasanya saya pilih 3 tahun. Jadi, selama 3 tahun itu, uang yang diambil oleh Bank tidak dapat saya ambil.
Dengan cara ini, selain saya bisa menabung, saya juga hanya mempunyai dana terbatas yang bisa diambil. Yaiyalah, kan penghasilan saya juga tak seberapa :) *noted

Sepertinya tiga hal itu yang kemarin berhasil menahan tangan saya mengklik beberapa item di toko online. Bagaimana dengan pembaca?