Rabu, 22 Maret 2017

5 Masakan Khas yang Mengingatkan pada Ibu dan Rumah



Pekan ini saya mendapat giliran jadi pemenang arisan blogger dalam event Blogger Muslimah Sisterhood yang diadakan oleh komunitas Blogger Muslimah. Sebab tiba-tiba saya kangen ibu, jadi saya mengambil tema masakan khas yang mengingatkan pada ibu dan rumah.

Entah mengapa ada masakan tertentu yang mengingatkan pada ibu dan rumah. Ada sesuatu yang tak bisa hilang atau terlupakan. Bahkan semakin beragam jenis makanan yang sudah kita nikmati, masakan ibu di rumah justru makin bikin kangen. Rasa, tampilan, dan aroma masakan ibu tak bisa tergantikan.
Bagi saya yang sudah berkeluarga, pun sering kangen dengan masakan Ibu. Dulu waktu ibu masih ada, saya tinggal pulang dan rasa kangen akan terobati. Bahkan tak jarang ibu datang ke rumah saya sambil membawa masakan beliau. Kadang saya berusaha membuatnya sendiri tetapi tetap ada beda meski dengan resep yang sama. Suami juga ternyata punya kenangan akan masakan ibunya, yaitu ikan kembung goreng dan sambal tomat.

Di antara sekian banyak masakan, ada 5 masakan khas yang selalu menghubungkan kenangan saya pada ibu dan rumah.

Sabtu, 18 Maret 2017

Rp 3500, Hikmah di Balik Ujian



Betapa menakjubkan cara Allah memberi ujian dan pertolongan sekaligus hikmah di balik setiap ujian. Pas, Rp 3500. Sejumlah itulah yang diberikan Allah ketika kami kebingungan membeli beras dan isi ulang gas. Tidak kurang tidak lebih. Dari uang yang kami dapatkan itulah kami dapat mengambil hikmah besar di balik ujian yang datang.

Ketika itu, saya sudah resign dari pekerjaan setelah usia anak saya 6 bulan. Keputusan yang berat karena pekerjaan suami belum stabil. Namun, tindakan itu harus saya lakukan karena bayi saya lahir premature dengan BB di bawah standar. Sampai usia 6 bulan, perkembangannya masih bergerak lamban. Jadi, kami memutuskan untuk menghandle sendiri anak kami. Penyesalan selalu jatuh di belakang, bukan? Jadi, saya tak mau menyesal jika sesuatu terjadi pada anak saya. Dialah prioritas kami saat itu.
Demi dapur yang tetap bisa mengepul, kami membuka warung kelontong kecil di ruangan depan. Rupanya Allah memang sedang menguji saya. Pemilik rumah tepat di seberang jalan ikut membuka toko kelontong. Lebih besar, lebih lengkap, dan walhasil lebih laris karena koneksinya lebih banyak, sementara kami hanyalah pendatang.

Tertatih-tatih kami meyakini bahwa Allah akan memberi rezeki sesuai kebutuhan. Syukurlah suami selalu mengingatkan agar kami sabar dan yakin bahwa Allah tak akan menguji kita di luar kemampuan. Meski tentu saja sulit bagi saya ketika beras habis, kulkas kosong, sementara tak sepeser pun uang ada di tangan.
Sepertinya Allah memang hendak "menanting" (meminta ketegasan sikap) kami apakah akan mengimani bahwa Allah Maha Pemberi Rezeki atau ingkar.



Suatu sore, saya benar-benar kebingungan. Bersamaan, beras dan gas habis. Sementara uang yang saya pegang tak cukup untuk membeli keduanya berbarengan. Saya harus memilih antara membeli beras satu kilo (ya, bahkan kami hanya mampu membeli beras satu kilo) atau membeli isi ulang gas? Waktu itu tabung gas yang tersedia adalah tabung gas besar berisi 12 kg. Membeli salah satu tidak menyelesaikan solusi. Kami akan tetap kelaparan. Membeli gas, tapi tak punya beras. Apa yang akan kami makan? Membeli beras tapi tak punya gas, bagaimana kami harus memasak sayuran?

Sampai suami pulang kerja, saya belum membeli apa-apa. Setengah berharap siapa tahu suami masih memiliki uang untuk tambahan. Ternyata dompet suami kosong melompong. Saya terdiam menahan diri agar tidak terbawa emosi. Sementara suami tampak mondar-mandir di rumah, merogoh-rogoh lemari mungkin berharap ada uang terselip di antara baju-baju kami.
Senja sepertinya turun lebih cepat, dan rumah terasa senyap. Sementara dada saya makin kencang berdegup. Kami tak saling bicara karena menahan diri agar tak keluar keluhan atau saling menyalahkan.
Menjelang maghrib, datang seorang pembeli. Satu-satunya pembeli hari ini. Suami yang melayani karena saya mengurus si kecil di dalam rumah.

Selesai melayani pembeli, suami mendekati saya sambil geleng-geleng kepala.
"Ada apa?" tanyaku heran.
"Allah luar biasa. Kamu tahu apa yang dibeli orang tadi?" tanyanya balik.
Aku menggeleng tentu saja.
"Apa yang dia beli harganya pas dengan uang yang kita butuhkan saat ini. Dia membeli test pack. Kita kurang 3500 rupiah untuk beli gas, dan Allah mendatangkan pembeli yang membutuhkan test pack seharga 3500." Suami menunjukkan uang di tangannya.
Saya tercenung. Lama. Allah memang luar biasa tepat. Dia memberi di waktu yang tepat dengan jumlah yang tepat.

Kejadian ini menjadi pegangan kami sepanjang menjalani hari-hari berikutnya. Dan betapa seringnya Allah memberi kami ujian berupa kekurangan dan tiba-tiba saja entah bagaimana caranya, Allah mendatangkan pertolongan-Nya.

Pernah kami membutuhkan uang, tiba-tiba suatu malam ada yang mengirim sms, meminta saya membuat sebuah tulisan pendek tentang perusahaannya. Beliau hanya membutuhkan beberapa kalimat saja. Dan keesokan harinya, beliau datang memberi pekerjaan berbeda sambil menyelipkan amplop berisi uang yang membuat saya kaget karena nominalnya jauh lebih besar dari ekspektasi saya.

Lain waktu, ketika suami ke sana kemari mencari pekerjaan karena di PHK, dan tak juga mendapat kabar baik, tiba-tiba di tengah jalan ketika mengantar saya untuk mengikuti sebuah kajian, ada telepon masuk di ponsel saya. Saya antara tertawa dan menangis setelah menerima telepon. Tak disangka ada sebuah penerbitan yang menawari saya pekerjaan dengan jam kerja sesuai kemampuan saya. AllahuAkbar! Betapa unik cara Allah menolong kami.

Begitulah cara Allah meyakinkan kami, menempa iman kami, agar yakin sepenuh-penuhnya, bahwa pertolongan Allah itu dekat. Allah tak akan menyia-nyiakan hamba-Nya apalagi mendzoliminya.
Bukankah badai yang menerpa, justru dapat mempercepat laju kapal menuju dermaga? Sebuah hikmah besar di balik setiap ujian yang didatangkan. Jadi, mengapa harus gamang memikirkan masa depan?

Innallaha ma'ana. Hasbunallah wani'mal wakiil. Ni'mal maula wa ni'man nasiir.


Kisah ini merupakan bagian dalam event Blogger Muslimah Sisterhood yang diadakan oleh Blogger Muslimah Indonesia.